5 CDI Racing Favorit Satria FU: Kenali Fungsinya, Pahami

Halooooo pemirsa, genap 3 minggu sudah saya vakum menulis di blog bau kencur ini :D. Setelah mengemban tugas luar kota selama seminggu di City of Daeng; Makassar, kemudian pulang disambut setumpuk pekerjaan kantor yang menunggu di meja kerja, membuat saya baru sekarang sempat lagi menyisihkan waktu untuk merilis artikel baru.

Oke oke, cukup alesannyaterus apa yang mau ditulis kali ini??
Hmmm..masih terkait 3 PILAR Pendongkrak performa Satria FU standar, saya boleh sedikit cerita dulu ya pemirsa. Sewaktu mengunjungi Makassar, disela waktu luang pekerjaan disana, saya berkesempatan bersilaturahmi dengan serombongan FUers yang tergabung di SSFC Makassar. Mereka berbaik hati datang berkunjung ke tempat saya menginap sekedar untuk bertatap muka, karena memang sebelumnya kami hanya kenal lewat dunia maya saja. Dibonceng salah satu FU, sayapun diajak JJM (jalan jalan malam) keliling kota Makassar, asyik ngobrol ngalor-ngidul sambil menikmati Jajanan khas Makassar -pisang Epe- di Pantai Losari. Maknyosss, hehe.

Nah pemirsa, sekilas memperhatikan dan bertanya seputar penampilan FU-FU di ibukota Sulawesi Selatan ini, saya lihat masih jarang FU yang menggunakan knalpot racing atau mengganti karburator. Dua Pilar yang ini sepertinya kurang bersahabat untuk lingkungan sana. Mereka lebih tertarik dengan pilar yang satunya : CDI Racing. Terbukti, disela obrolan santai kami, ada pertanyaan yang tersempil dari salah seorang kawan mengenai si pilar pengapian ini. CDI racing merk apa ya yang bagus buat Satria FU ? CDI merk ini bagaimana? Kalo merk itu bagaimana ?
Nah lho, bingung juga saya jawabnya, hehe.

Dan memang iya, sekian lama nongkrongin obrolan anak FU, pertanyaan seputar CDI racing ini termasuk salah satu bahasan yang sering terlihat muncul berulang-ulang di berbagai forum satria FU. Sharing bro, CDI Racing paling ajib buat FU apa ya? atau Ada yang udah pake CDI merk X? gimana performanya? dsb dsb. Sebagai otak pengapian, wajar sih jika CDI Racing menjadi salah satu buruan utama para FUers yang merasa kurang puas dengan performa FU standarnya. CDI standar FU yang dibatasi limiter di kisaran 11.500 rpm memang bikin penasaran para fu rider yang ingin menjajal kemampuan maksimal tunggangannya. Lagi enak-enaknya betot gas,,eh brebet kena limiter. Haduhhh Kentang brookena tanggung..hehehe

Oleh karena itulah, maka pada artikel kali ini saya terinspirasi untuk mencoba mengulas tentang profil beberapa CDI racing aftermarket yang paling sering saya lihat dipakai oleh para FUers. Namun mengingat pengetahuan penulis yang sangat terbatas, dan juga begitu banyaknya macam-ragam CDI racing yang beredar di pasaran, jadi saya batasi tulisan ini hanya untuk tipe CDI kategori entry level alias kelas pemula saja. Tau kelas pemulanya darimana mas? Yaa ambil saja parameter yang paling gampang dilihat kasat mata: Harga. Memang soal harga bisa jadi subjektif dan relatif tergantung isi dompet masing-masing, tapi saya ambil gampangnya saja patokan maksimal Rp.800rb, saya kira cukup masuk akal. Jika harganya lebih dari itu bolehlah kalau saya sebut sebagai kategori CDI kelas atas. Dan tak banyak FUers yang rela merogoh kocek sedalam itu kalo hanya untuk pemakaian harian.

Untuk anda yang belum familiar dengan istilah-istilah seperti Timing Pengapian, Kurva pengapian, Advance Timing, Retard Timing, dsb mungkin ada baiknya membaca dulu tulisan saya sebelumnya di artikel Timing Pengapian, Apa Sih?
Baiklah pemirsa, saya harap anda termasuk orang yang sabar berlama-lama membaca, hehe, karena artikel ini akan cukup panjang menyita waktu anda ^_^.

Berdasarkan hasil pengamatan saya pribadi, dan sempat juga melemparkan poling kecil kecilan di salah satu forum FU terbesar tanah air, berikut ini saya susunkan untuk pemirsa:

5 CDI RACING FAVORIT PENDONGKRAK PERFORMA SATRIA FU STANDAR | Versi satria155.com

1. BRT (HYPERBAND DAN DUALBAND)
BRT Powermax
Tak bisa dipungkiri, inilah salah satu merk CDI racing yang paling populer di tanah air, tidak hanya di kalangan FU tapi juga di kalangan motor lain. Reputasi CDI BRT sudah dikenal luas bahkan sampai ke negeri seberang sana. Pilihan produk yang lengkap tersedia untuk semua jenis kebutuhan dan tipe motor menjadi salah satu keunggulannya. CDI ini juga dikenal bandel alias awet, mungkin karena insinyurnya, -pak Tommy Huang- telah membenamkan fitur Automatic Low Voltage Protection (ALVP) yang mampu melindungi CDI rancangannnya ini dari salah satu penyebab terbanyak kerusakan CDI; aki tekor.

Nah, diantara berbagai pilihan CDI BRT yang tersedia dipasaran, yang paling favorit diaplikasi di kalangan pengguna Satria FU adalah Tipe BRT Hyperband dan BRT Dualband (pada pengembangan terbaru dikenal sebagai BRT Powermax Series). Walau sudah sangat populer, namun dikalangan rider pemula yang sedang berburu cdi racing, seringkali ada saja yang masih belum mengerti, Apa sih bedanya tipe hyperband dan dualband ini?

BRT Hyperband
Begini saja, biar gak bingung, anggap saja Tipe Hyperband ini seperti halnya CDI standar anda, tapi tanpa limiter atau pembatas rpm. CDI Hyperband yang unlimiter ini diklaim mampu melayani putaran mesin hingga 20ribu RPM. Inilah mungkin kenapa disebut sebagai Hyperband, karena rentang rpm yang bisa dicapai oleh motor jadi lebih hyper, lebih lebar. Sehingga memungkinkan anda mengail puncak tenaga motor lebih tinggi dari biasanya. Dengan cdi ini,Satria FU pun bisa digeber sampai batas kemampuan rpm maksimalnya, gak lagi terhambat limiter cdi standar yang bikin brebet begitu menyentuh 11rb rpm. Pemasangannya pun simpel seperti halnya cdi standar, tinggal colok langsung bisa grengg. Tak perlu pencet pencet tombol atau otak atik pengapian lagi. Karena memang cdi ini hanya memiliki satu kurva pengapian saja didalam memorinya. Tapi walaupun cuma satu kurva, tentu saja kurva ini merupakan kurva pengapian yang sudah dioptimasi dan dikembangkan terlebih dahulu oleh tim riset para master cdi di markas Bintang Racing Team, Cibinong Bogor.

BRT Hyperband

Lalu kalo BRT Dualband bagaimana?
Ya sesuai namanya, jika pada hyperband hanya menganut kurva pengapian tunggal, maka didalam memori cdi DUALband ditanamkan DUA jenis kurva pengapian berbeda. Dua kurva ini bisa diaktifkan atau dinonaktifkan bahkan ketika motor dalam kondisi jalan. Sebut saja kurva A dan kurva B, kedua kurva ini memiliki perbedaan dalam derajat timing pengapiannya sebanyak 2 derajat (2). Jadi kurva B lebih advance 2 daripada kurva A.
BRT Dualband
Apa fungsinya dua kurva berbeda ini? tentu saja untuk menyesuaikan dengan kebutuhan penggunaan motor, dan juga spek setiap motor yang bisa berbeda. Terutama terkait dengan kompresi mesin, oktan bahan bakar, debit bahan bakar, cc, dan modifikasi sektor mesin lainnya.
Ada 4 jenis kurva pengapian yang dirancang BRT untuk CDI Dualband, yaitu Kurva Standar, Tune Up, Racing, dan Kompetisi. Keempat pilihan kurva ini dipasang-pasangkan dalam 3 tipe CDI Dualband yang berbeda untuk disesuaikan dengan spek dan kebutuhan mesin yaitu :
#Dualband Tipe ST (Standar/Tune Up) :
Kurva A adalah kurva Standard tanpa limiter (kurva yang dipakai di hyperband), kurva B adalah Kurva Tune Up dengan timing pengapian 2 lebih tinggi (advance) dari Standar.
Direkomendasikan untuk Mesin Standard dan Semi Tune Up, Bahan bakar Premium/Pertamax, Kompresi 9:1 s.d 10,5 : 1

#Dualband Tipe TR (Tune Up / Racing) :
Kurva A adalah kurva Tune Up, Kurva B adalah Kurva Racing dengan dengan timing pengapian 2 lebih tingi (advance) dari kurva tune up.
Direkomendasikan untuk Mesin Semi Tune Up dan Full Modifikasi, Bahan bakar Pertamax plus/bensol, Kompresi 10,5:1 s.d 13,8 : 1

#Dualband Tipe RK (Racing/Kompetisi) :
Kurva A adalah Kurva Racing, Kurva B adalah kurva Kompetisi dengan timing pengapian 2 lebih tinggi (advance) dari kurva Racing.
Direkomendasikan untuk Mesin Full Modifikasi / Race Only, Bahan bakar Bensol, Kompresi 12,3 :1 s.d 16 : 1

Bicara distribusi penjualan, tipe CDI ini baik BRT Hyperband maupun Dualband dapat ditemukan dengan mudah di berbagai toko speedshop baik offline maupun online. Soal harga memang kadang variatif, tapi tak jauh dari rentang harga Rp. 500 550 rb.
O iya, untuk CDI BRT ini tidak disarankan dipasangkan dengan koil racing aftermarket. Pabrikannya lebih menganjurkan dipasangkan dengan koil orisinil motor untuk mendapatkan performa terbaik dari CDI BRT ini.

2. REXTOR (TUNABLE DAN ADJUSTABLE)
Nama besar Rextor memang tak perlu diragukan lagi sebagai salah satu brand cdi papan atas di tanah air, dan terutama sangat terkenal dengan CDI programable-nya. Deretan CDI Programable kelas atas seperti Rextor Monster dan Rextor Pro Drag sudah sejak lama jadi andalan tim-tim balap motor baik diajang road race maupun drag bike. Toh, diluar deretan CDI programable nan canggih berharga jutaan ini, rextor juga menyediakan pilihan CDI racing non-programable untuk kategori kelas pemula alias Entry Level dengan harga yang lebih terjangkau. Jika dikelas ini BRT punya Hyperband dan Dualband, maka Rextor juga punya dua jagoan andalan sebagai tandingan, yaitu Rextor Tunable dan Rextor Adjustable, dua-duanya tersedia untuk Satria FU.

Rextor Tunable adalah versi paling ekonomis dari lini produk CDI Rextor dengan satu kurva pengapian atau single map yang sudah dioptimasi oleh tim riset Rextor dan konon sanggup melayani putaran mesin s.d 21.500 RPM. Kelebihan dari Rextor Tunable adalah karena disediakannya fitur PPA atau Pulse Position Adjuster. Rextor Tunable

Apa fungsi dari PPA ini?
Anda mungkin pernah mendengar tentang modifikasi timing pengapian secara manual yang suka ditempuh mekanik dengan cara modifikasi sensor pick up pulser yang berada di magnet motor dengan tujuan untuk menggeser timing pengapian.
Nah, fitur PPA di CDI rextor ini berfungsi sebagai pengatur posisi pulser namun dengan cara digital, jadi tak perlu lagi maen bubut tonjolan pick up pulser, cukup dengan memutar PPA ke kiri atau kekanan pakai obeng min. Secara otomatis semua timing atau kurva pengapian dari langsam sampai top timing akan bergeser maju atau mundur sesuai putaran PPA. Dengan fitur PPA pengatur posisi pulser ini, timing pengapian motor di semua RPM dapat digeser maju (advance) ataupun mundur (retard) sampai dengan max 4 derajat dari posisi standarnya. Mungkin itulah kenapa cdi ini disebut Tuneable, artinya bisa di tuning lagi untuk mencari kurva pengapian yang lebih pas sesuai kebutuhan mesin.
Pengatur Pulser CDI Rextor
Lalu bagaimana dengan Rextor Adjustable? Apa bedanya dengan versi Tunable?

Simpelnya begini, versi Adjustable menawarkan opsi tuning yang lebih luas dibanding versi Tunable. Karena selain dibekali fitur PPA, didalam memori CDI Rextor Adjustable ini juga telah dibenamkan 16 pilihan kurva pengapian berbeda hasil riset dari pabrikan Rextor, semuanya disimpan dalam satu unit CDI ini. Setiap pilihan kurva ini dapat diaktifkan dengan memutar tombol selector di badan CDI yang disebut MMS (Map Selector Switch).
Rextor Adjustable with PPA and MSS
Jika di BRT Dualband pilihan kurvanya dinamai dengan sebutan Standar/Tune Up/Racing/Kompetisi, maka di rextor adjustable ada 16 Kurva yang dilabeli dengan 10 angka dan 6 Huruf, yaitu Kurva 0 9 , dan kurva A F.
Kurva 0 s.d 3 adalah variasi mapping pengapian CDI standar yang sudah dioptimasi oleh rextor sehingga punya karakter yang berbeda.
Map 0 : Maping cdi standar dengan karakter powerband (rentang tenaga) yang terbagi merata disetiap putaran mesin
Map 1: Maping cdi standar dengan karakter powerband (rentang tenaga) yang dioptimalkan di putaran 1000 6000rpm (putaran bawah)
Map 2 : Maping cdi standar dengan karakter powerband (rentang tenaga) dioptimalkan di putaran 4000 8000rpm (putaran tengah).
Map 3 : Maping cdi standar dengan karakter powerband (rentang tenaga) dioptimalkan di putaran 8000 13000rpm (putaran atas)

Sedangkan 12 Map sisanya adalah kurva pengapian khusus, hasil pengembangan tim riset rextor yang disiapkan untuk mesin yang sudah mendapat sentuhan modifikasi. Jika di BRT antara satu Map kurva dengan lainnya berbeda 2 pengapian, kalau di Rextor adjustable setiap pilihan map (Map 4 9 dan Map A-F) memiliki perbedaan derajat timing advance 1 lebih maju. Timing advance paling tinggi ada di MAP F. Top timing diset di RPM 10.000, dan sanggup melayani geberan mesin sampe sampai 21.500rpm. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Map Pengapian Rextor Adjustable

Dengan berbagai fiturnya ini, Rextor adjustable dibandrol di kisaran harga Rp.550.000,- sedangkan versi Tunable dilego lebih murah lagi, sekitar Rp. 380.000.

3. ANDRION XP (301MC Stage 02)
Andrion XP Stage 02Sekitar 4 tahun lalu, merk CDI ini sempat booming sekali dikalangan FUers. Hadir dengan berbagai tingkatan produk, salah satu yang terlaris di kalangan FUers adalah tipe XP HP7; CDI entry level dengan single map fixed, dibandrol pada harga kisaran 500rb. CDI XP HP7Dilihat dari fiturnya, dulu XP HP7 adalah pembanding paling pas head to head dengan BRT Hyperband. Sayangnya entah kenapa, tipe HP7 ini sekarang sudah tidak diproduksi lagi.

Saat ini, tipe paling ekonomis yang tersedia untuk satria FU dari deretan lini produk CDI Andrion XP adalah tipe 301 MC Stage 02 yang dibandrol dengan harga 750rb. Dalam tingkatan produk Andrion XP, tipe ini sejatinya merupakan pengembangan lanjutan dari tipe cdi dibawahnya yaitu 301MC (yang juga sudah tak ada di pasaran), mungkin karena itu dibelakang namanya kemudian disematkan label Stage 02. Sehingga sering juga disebut sebagai XP 2 Power. Mungkin karena dispesifikasinya disebutkan bahwa cdi ini didesain dengan sistem Double Phase System alias dua tenaga penggerak (saya juga gak terlalu mudeng apa artinya, maklum awam bro hehe), yang jelas menurut pabrikannya; khasiatnya supaya sanggup menciptakan api yang tebal dan padat secara konstan sampai rpm tinggi.
XP 301 Stage 02
Dengan ukuran cdi yang sedikit bongsor, 301 Stage MC 02 ini menjanjikan suplai pengapian stabil dan konstan 370 375 Volt yang diklaim sanggup melayani kitiran mesin hingga 40.000 RPM sekalipun. Walaupun merupakan jenis CDI Fixed alias satu kurva pengapian tetap, tapi cdi ini juga telah dilengkapi fitur Advancer System, berupa switch pengatur timing advance yang terletak di badan cdi. Cara kerjanya mirip dengan fitur PPA di rextor tuneable dan adjustable, timing pengapian dapat dimajukan atau dimundurkan secara manual dengan memutar switch pengatur menggunakan obeng min.
Advancer Switch XP 301MC
Workshop CDI XP yang dikomandani bro Andres ini bermarkas di Pondok Gede, Jakarta Timur. Untuk informasi lebih lengkap tentang CDI ini silahkan mengunjungi halaman Fanpage Facebook XP Andrion di sini:

4. CHEETAH POWER
Kehadiran CDI Cheetah Power di pasar CDI tanah air harus diakui merupakan sebuah terobosan baru yang membawa angin segar. Jika dulu cdi tipe programmable dikenal mahal dan hanya lumrah dipakai oleh motor motor balap saja, maka Cheetah Power membuat gebrakan dengan menelurkan beragam pilihan CDI programmable tapi dengan harga yang terjangkau dan mudah diaplikasikan di motor-motor harian. Dari mulai kelas termurah dibawah 500rb sampai harga jutaan pun tersedia, dan asyiknya: semuanya full programmable. Didalam paket pembelian CDI ini sudah komplit disertakan kabel USB penghubung CDI ke laptop/pc serta Compact Disc (CD) yang berisi software dan pdf petunjuk penggunaan. Bahkan didalam cd juga dilengkapi dengan beberapa contoh mapping hasil riset Cheetah Power untuk berbagai tipe motor yang bisa langsung dipakai ataupun dimodifikasi lagi.
Cheetah Power Programmable Series
Menilik rentang harganya, tipe cdi cheetah power yang dapat dikategorikan entry level (berdasarkan harga, bukan fitur) ada 3 tipe yaitu tipe CP New Classic, CP New Amateur, dan CP Pro Mini. Tipe New Classic dibandrol 425rb saat ini, Amateur dihargai 570rb, dan Pro Mini 770rb.

Apa perbedaan ketiga tipe CDI CP ini?
Secara garis besar, perbedaan utamanya terletak di output energy dan kapasitas memori setiap cdi (jumlah map/kurva yang dapat disimpan di dalam cdi). CP New Classic memiliki dua pilihan map yang dapat dipakai untuk menyimpan dua mapping kurva pengapian, CP Amateur memiliki 3 pilihan map, sedangkan CP Pro Mini dibekali 10 map. Pengaktifannya sama seperti halnya tombol switch pengatur kurva di BRT dualband, di CP menggunakan map selector yang dapat diaktifkan untuk memilih map dalam kondisi motor mati ataupun hidup. Fitur unggulan lain yang ditanamkan diketiga tipe CDI CP ini adalah adanya pilihan tipe lentikan busi, mau Single Spark atau Multispark. Kalau saya tidak salah tafsir, multispark ini artinya adalah kemampuan memantik percikan api busi secara berantai atau berturut-turut (lebih dari sekali dalam tempo singkat). Tujuannya supaya proses pembakaran lebih optimal, karena api busi mampu bertahan lebih lama untuk membakar tuntas setiap molekul mixture bbm yang ada diruang bakar.

Programmable gak plug n play?
Banyak rider merasa keder duluan kalau mendengar istilah cdi programmable. Alasannya takut ribet, gak plug n play. Anggapan yang salah, karena sebenarnya cdi programmable pun Plug n Play, tinggal colok, bisa langsung gaspol. Bosen ya tinggal copot. Contohnya seperti cheetah power ini, dari pabriknya sudah dibekali mapping timing pengapian hasil riset cheetah power yang bisa langsung dipakai di motor. Yang membedakan adalah ketika CDI ini sudah ada ditangan, si pemakai memiliki opsi alias kebebasan untuk memodifikasi lagi kurva pengapian didalam cdi jika merasa kurang cocok dengan kurva bawaannya. Modifikasi ini bisa berupa ubahan timing sebagian (hanya di rentang RPM yang dirasa kurang, misalnya edit timing di putaran tengah saja) ataupun merombak total keseluruhan kurva (menyusun ulang dari awal). Tapi jika si pengguna ternyata sudah merasa puas dengan timing pengapian bawaan cdi nya, ya sudah, tak perlu lagi diotak-atik, tak mesti colok-colok ke laptop lagi.
Software Cheetah Power
Bagaimana cara setting cdinya?
#Buat rider yang baru pertama kali menyusun kurva pengapian, metode pemograman cdi cheetah power ini juga cukup mudah untuk dipelajari dan dipraktekan. Baca buku petunjuknya, install softwarenya di laptop/pc, selanjutnya kita hanya perlu mengisi nilai-nilai derajat pengapian disetiap rentang RPM yang tersedia. Susunan derajat pengapian yang kita masukkan di tabel juga langsung divisualisasikan dalam bentuk grafik kurva sehingga mudah dibaca. Kurva pengapian yang sudah jadi bisa langsung kita transfer ke memori CDI ataupun disave dulu di hard disk komputer. Ada banyak contoh kurva yang dapat dijadikan patokan awal untuk riset sendiri.

#Untuk menyusun kurva pengapian CDI Cheetah Power, timing pengapian dapat disusun berjenjang setiap 50 RPM dengan nilai derajat kenaikan/penurunan timing 0,25. Jadi misalnya di RPM 2000 timing pengapian diset 15, maka kita bisa lanjut mulai RPM 2050 dengan timing 15,25, RPM 2100 timing 15,50, RPM 2150 timing 15,75 dst. Kalau dihitung, total ada 489 step dari mulai RPM 600 s/d RPM 25000. Sangat rapat dan detail, sehingga setiap perubahan timing di setiap rpm terasa lebih halus dimesin.

#Jika merasa repot menyusun timing satu persatu per RPM, bisa juga menggeser keseluruhan kurva dengan hanya merubah angka Angle posisi pulser saja. Dengan cara merubah nilai Angle pulser ini, otomatis semua timing dari rpm 600 s.d 25rb akan ikut bergeser juga. Di CDI Cheetah power, kita juga bebas menset limiter di batas RPM berapapun sesuai keinginan kita. Misalnya limiter ingin diset di RPM 13.500 untuk antisipasi jangan sampai mesin jebol karena ketinggian RPM, maka kita cukup mengisikan angka timing 0 dari mulai rpm 13.500 keatas, dijamin motor brebet begitu menyentuh rpm 13.500. CP Old Classic satria FU

Kebetulan, CDI cheetah power ini merupakan cdi racing pertama yang saya gunakan di satria FU saya. Waktu itu tipe yang saya pakai disebut CP300v, saya tebus dengan harga 300rb rupiah saja. Dulu kalau mau nyetingnya cukup repot karena memakai keypad /remote. Setelah sempat berganti CDI, sekarang pun saya kembali memakai cheetah power namun tipenya classic versi lama, sehingga fitur-fiturnya tidak selengkap versi New Classic yang sekarang.

Workshop CDI Cheetah power ini dikomandani bro Rudi dan bermarkas di daerah Muara Karang, Jakarta Utara. Untuk lebih jelasnya, silahkan pemirsa langsung kunjungi websitenya disini.

5. PREDATOR
Predator CDIDibandingkan nama-nama CDI racing yang sudah disebutkan diatas, CDI Predator ini terhitung paling muda alias new comer. Walau tergolong pendatang baru, tapi gebrakannya tak bisa dianggap remeh lho pemirsa. Beberapa teman FUers yang saya kenal sudah banyak yang mencicipi citarasa CDI Racing made in kota gudeg Jogjakarta ini di Satria FU kesayangan mereka. Konon katanya, keunggulan utama CDI predator ini adala kemampuannya memproduksi api gede 320volt 480mC dan mempertahankan kekuatan api besar ini konstan sampai ke puncak RPM mesin. Kekuatan api ini adalah hasil dari teknologi risetan Predator yang disebut High Power Auto Release Discharge System (HARDS). Mengandalkan teknologi ini, api besar sanggup bertahan sampai putaran tinggi tapi suhu CDI bisa dijaga tetap dingin.

CDI Predator 8 MAPDilihat dari fiturnya, pembanding paling pas untuk CDI predator ini adalah Rextor Adjustable dan BRT Dualband. Karena Predator ini juga bertipe Fixed CDI, namun telah dipersenjatai dengan 8 pilihan mapping kurva pengapian yang bisa dipilih dengan memutar switch pengatur di badan cdi. Setiap map yang ditanamkan di CDI ini merupakan kurva pengapian hasil riset tim Predator pada FU standar dengan pengujian output power diatas mesin dynotest. Untuk limiter tetap dipasang dari sananya supaya gak kebablasan, tapi batas limiternya diset jauh lebih tinggi dari standar yaitu di 14.500 RPM. CDI predator ini juga tidak alergi dengan koil tertentu, jadi tetap optimal kalau dipasangkan dengan semua jenis koil, baik koil orisinil maupun koil racing/aftermarket. Juga tak perlu khawatir cdi rusak akibat aki tekor karena CDI predator juga telah dilengkapi dengan fitur Under Voltage Lockout Circuit (UVLO).

Ada yang menarik dari pilihan kurva pengapian yang ditanamkan di CDI predator. Menurut Mas Joe, sang penemu CDI predator ini, para pengguna predator tak perlu khawatir knocking/ngelitik walau motornya pakai bensin premium yang beroktan rendah, karena 8 mapping pengapian cdi predator ini telah diriset dengan acuan bahan bakar premium. Hmm..pantas saja kalau diperhatikan di gravik kurva predator dibawah ini, top timing nya diset tak lebih dari 35 derajat sebelum TMA. Perbedaan derajat top timing dari kurva 0


Previous
Next Post »